A.
Pengantar
Masih banyak manusia pada kehidupan
sekarang tidak menggunakan cinta kasih (metta) sebagai dasar dalam
pelaksanaan aturan kemoralan. Cinta kasih (metta) dirumuskan sebagai
keinginan akan membahagiakan semua makhluk tanpa kecuali(Wowor,2005:76). Pengembangan
cinta kasih (metta) ditujukan kepada diri sendiri, orang lain, atau
bahkan untuk semua makhluk.Pembunuhan banyak terjadi. Salah satu penyebab
pembunuhan adalah adanya kebencian atau rasa tidak suka terhadap orang lain
maupun makhluk lain, misalnya binatang. Sebagai contoh, jika seseorang digigit
nyamuk maka rasa benci terhadap nyamuk tersebut akan muncul dan menyebabkan
seseorang membunuhnya, sedangkan kebencian adalah lawan dari cinta kasih.
Pembunuhan telah menjadi salah satu
fenomena kehidupan modern; peperangan, konflik ras, peternakan binatang untuk
sekadar melayani kebutuhan pasar manusia akan daging, dan penggunaan insektisida
yang berbahaya (Sivaraksa,2001: 88). Pembunuhan merupakan suatu contoh di mana
tidak adanya cinta kasih antarsesama, baik kepada orang lain maupun makhluk
lain termasuk binatang. Adanya pembunuhan berarti ada pihak yang dirugikan dan
menimbulkan penderitaan bagi makhluk lain. Pembunuhan menunjukkan tidak adanya
kepedulian (cinta kasih) kepada sesama.
B.
MANUSIA DAN CINTA KASIH
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi
cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih
dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif
yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati,
perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan
mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut. (wikipedia)
Dalam keyakinan umat Buddhis, cinta kasih disebut juga metta.
Cinta kasih yang diajarkan oleh Sang Buddha adalah cinta kasih yang
universal. Berbeda dengan cinta yang Anda rasakan saat anda menyukai seseorang
lawan jenis. Cinta Anda pada lawan jenis memiliki sifat kemelekatan atau
keinginan untuk memiliki secara kekal, terpengaruh oleh emosi-emosi
keduniawian, dan ada rasa pamrih, serta nafsu. Sedangkan cinta kasih yang
universal adalah cinta kasih untuk semua makhluk, seperti sesama manusia, pada
hewan, serangga, tumbuhan, orang tua, saudara, kawan, bahkan musuh atau makhluk
iblis sekalipun.
Dijelaskan dalam Mettā Sutta, Khuddakapāñha, Khuddaka
Nikāya :
“Cinta kasih adalah bagaikan seorang
ibu yang mempertaruhkan nyawanya, melindungi putra tunggalnya. Demikianlah
terhadap semua makhluk, dikembangkannya pikiran cinta kasih tanpa batas, ke
atas, ke bawah, dan ke sekeliling, tanpa rintangan, tanpa benci dan
permusuhan.”
Sang Buddha mengajarkan cinta kasih yang universal sebagai
dasar utama. Cinta kasih ini haruslah dikembangkan dengan sebaik-baiknya dengan
motivasi yang benar. Cara terbaik mengembangkan cinta kasih, yaitu:
“Cinta kasih seharusnya dikembangkan
melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan”
Sebagai salah satu contoh nyata yang pernah
saya alami adalah saat saya membantu teman-teman sekelas saya belajar mata kuliah
mekanika teknik. Kebetulan kami adalah mahasiswa/i jurusan Teknik Arsitektur,
Universitas Gunadarma. Mekanika teknik bagi sebagian anak menjadi mata kuliah
yang cukup rumit, tapi ada juga yang mudah memahaminya. Saya memahami beberapa
teman dekat saya tidak banyak mengerti dan mereka meminta tolong pada saya
untuk mengajarkan mereka agar mereka bisa mengerjakan soal uts dengan baik.
Saya menyadari bahwa saya wajib membantu mereka. Saya membuatkan banyak sekali
soal dan mengajar mereka sampai larut malam. Malam sebelum saya tidur saya
berharap mereka sukses mengerjakan uts besok. Saat itu hati rasanya senang
sekali. Saya benar merasakan metta dalam hati.
Kekuatan cinta kasih yang universal bukan hanya
memberi kebahagiaan bagi makhluk lain tetapi juga memberikan ketenangan batin
bagi diri sendiri. Hal baik ini menjadi karma yang baik dengan motivasi yang
benar
C.
Cinta
Kasih sebagai Landasan Keharmonisan
Metta adalah
rasa persaudaraan, persahabatan, pengorbanan, yang mendorong kemauan baik,
memandang makhluk lain sama dengan dirinya sendiri (Dhammasugiri, 2004:21). Hal
tersebut mencerminkan bahwa dengan melaksanakan cinta kasih maka akan dapat
tercipta keharmonisan. Seseorang yang mengembangkan cinta kasih berarti
mempraktikkan prinsip tanpa kekerasan. Kejahatan adalah sumber adanya
ketidakharmonisan. Metta adalah satu-satunya jawaban efektif
bagi kekerasan dan penghancuran, baik dari senjata konvensional maupun peluru
nuklir (Bogoda, 2003:70). Seperti yang dialami Buddha sendiri ketika sedang
bermeditasi kemudian diganggu oleh mara, dengan kekuatan cinta
kasih panah dan lautan api tidak bisa melukai Buddha. Berdasarkan Anguttara
Nikaya (Hare,2001:103) manfaat dari mengembangkan cinta kasih adalah
tidak ada api, racun, maupun pedang yang dapat melukainya. Cinta kasih
merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang sebagai pencegah perbuatan buruk.
Pengembangan cinta kasih bertujuan untuk memisahkan pikiran dari kebencian.
Prinsip dari cinta kasih adalah tidak menyakiti, bebas dari rasa benci, dan
permusuhan.
Sesuai dengan macam-macam cinta yang dikemukakan oleh Davids (1915:159-162)
yaitu adanya cinta keluarga dan saudara. Keharmonisan hendaknya tercipta sejak
dalam lingkup keluarga. Hubungan antar anggota keluarga seharusnya didasari
oleh cinta kasih. Setelah mengembangkan cinta kasih kepada keluarga, maka cinta
kasih dikembangkan kepada sahabat atau teman. Keharmonisan akan terwujud dalam
hubungan sahabat. Keharmonisan dapat terwujud dengan adanya cinta kasih
karena cinta kasih dirumuskan sebagai keinginan akan kebahagian semua makhluk
tanpa kecuali. Setelah mengetahui manfaat dari cinta kasih maka akan dapat
diketahui bahwa cinta kasih dapat membawa keharmonisan di masyarakat.
Pengembangan cinta kasih terdapat unsur menghormati dan kepedulian kepada yang
lain. Adanya saling menghormati dan saling peduli akan tercipta keharmonisan.
Cinta kasih atau metta sering
dikatakan sebagai keinginan suci yang mengharapkan kesejahteraan dan
kebahagiaan makhluk-makhluk lain, seperti seorang sahabat mengharapkan
kesejahteraan dan kebahagiaan temannya (Wowor,2005:76). Adanya keinginan atau
niat seseorang untuk kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain maka akan menciptakan
keharmonisan. Metta menambah kemurahan hati pada sifat
seseorang, memberikan keakraban, membebaskan diri dari kejengkelan dan selalu
menimbulkan kegembiraan, keramah-tamahan serta tidak ada rasa permusuhan atau
keinginan untuk menyakiti makhluk lain bahkan terhadap makhluk yang paling
kecil sekalipun, yang biasanya disebabkan karena kebencian, kemarahan atau
hanya karena iseng (Ñanasamvara,2001:15). Kebencian adalah lawan dari cinta
kasih. Apabila dalam hubungan antara satu dengan yang lain tidak terdapat
kebencian dan permusuhan maka dapat tercipta keharmonisan dan kedamaian dalam
suatu masyarakat. Cinta kasih dapat menciptakan keharmonisan.
Seseorang dalam menjalani
kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat, keharmonisan sangat diharapkan. Untuk
menciptakan keharmonisan maka diperlukan saling mencintai, saling menghormati,
saling menolong, dan saling menghindari percekcokkan. Ada beberapa cara agar terwujud keharmonisan,salah satunya yaitu
dengan mengembangkan cinta kasih. Berdasarkan Saratayadhamma Sutta,
Anguttara Nikaya (Hare, 2001: 203) Buddha mengatakan kepada para bhikkhu bahwa
apabila seseorang memiliki perbuatan, ucapan, dan pikiran yang disertai cinta
kasih terhadap sesama, baik di depan atau pun di belakangnya, akan tercipta
pengembangan cinta kasih. Pengembangan cinta kasih melalui perbuatan di
antaranya dengan cara ringan tangan membantu sesama.
Pengembangan cinta kasih dilakukan dengan
kelembutan dan kasih, sehingga yang ada hanya rasa kasih, bahagia dan damai,
baik memberi atau menerima pertolongan. Pengembangan cinta kasih melalui
ucapan, diantaranya menghindari bicara kasar, memfitnah, omong kosong, dan
berbohong. Bertutur kata yang ramah, sopan santun maka akan tercipta keceriaan,
tidak akan ada pertengkaran, keributan, dan permusuhan. Kitab Dhammapada,
Khuddaka Nikaya (Norman,2004:1) menyatakan ”For not by hatred
are hatreds ever quenched here, but they are quenched by non-hatred.This is the
ancient.” Pengembangan cinta kasih melalui pikiran diantaranya dengan
melatih pikiran untuk selalu menyertai dan melandasi pikiran dengan cinta
kasih, sehingga akan terpancar melalui wajah sinar kasih yang mengalir setiap
saat. Pada akhirnya tidak akan ada curiga, salah sangka, ingin menyakiti dan
rasa benci.
Metta merupakan sebuah kekuatan yang tidak
hanya membawa kebahagiaan kepada dirinya sendiri tetapi juga untuk makhluk di
sekitarnya (Janaka,2003:78). Untuk mempraktikkan cinta kasih, seseorang harus
bebas dari sifat mementingkan diri sendiri. Siapa pun yang bertemu dengan orang
yang memiliki kekuatan cinta kasih akan turut merasa bahagia, damai, dan
tenteram. Cinta kasih merupakan kekuatan yang dihimpun dengan suatu pengharapan
agar kebahagiaan dan kedamaian melingkupi seluruh kehidupan semua makhluk.
Pengembangan cinta kasih ditujukan kepada semua makhluk, misalnya kepada
binatang, dan makhluk yang tidak tampak. Keharmonisan yang ditimbulkan dari
pengembangan cinta kasih tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi keharmonisan
manusia dengan binatang, dan keharmonisan manusia dengan makhluk halus atau
makhluk tidak nampak. Contoh dari pengembangan cinta kasih antara manusia
dengan binatang dan makhluk halus, yaitu tidak mengganggu antara makhluk yang
satu dengan makhluk yang lain. Tidak mengganggu maka keharmonisan akan
tercipta. Pengembangan cinta kasih tidak memandang makhluk apa pun, baik yang
dikenal atau tidak, apakah makhluk tersebut tampak atau tidak, apakah makhluk
tersebut adalah seorang musuh, atau seseorang yang sangat dicintai, atau bahkan
makhluk tersebut adalah binatang. Kesemua jenis makhluk diberikan pancaran
cinta kasih. Seperti yang terdapat dalam Metta Sutta (Norman,
2001:19) bahwa:
Whatever living creatures there are,
moving or still without exception, whichever are long or large, or middle-sized
or short, small or great, whichever are seen or unseen, whichever live far or
near, whichever they already exist or are going to be, let all creatures be
happy minded.
Cinta kasih tidak hanya menciptakan keharmonisan dalam hubungan
keluarga, sahabat, maupun masyarakat tetapi dapat menciptakan keharmonisan
dunia, yaitu keharmonisan antara manusia dengan alam sekitar, baik dengan
makhluk halus atau bahkan binatang. Tidak akan ada kebencian di dalamnya. Cinta
kasih bukanlah persaudaraan yang berdasarkan politik, ras, bangsa, atau pun
agama (Wowor,2005:77). Cinta kasih dikembangkan tidak memandang kepada siapa
pun. Cinta kasih yang dipancarkan bukanlah perasaan cinta atas nafsu, tetapi
cinta kasih dikembangkan seperti yang disebutkan dalam Metta Sutta (Norman,
2001: 19) yaitu:
Just as a mother would protect with
her life her own son, her only son, so one should cultivate an unbounded mind
towards all beings, and loving-kindness towards all the world. One should
cultivate an unbounded mind, above and below and across, without obstruction,
without enmity, without rivalry.
Perasaan cinta kasih yang dimiliki oleh seorang ibu bukan cinta yang
didasarkan atas nafsu untuk memiliki, tetapi keinginan yang murni untuk
menyejahterakan dan membahagiakan anaknya. Pengembangan cinta kasih yang
dimiliki seorang ibu kepada anaknya yang tunggal adalah yang diharapkan dalam
pengembangan cinta kasih kepada semua makhluk, yaitu pengembangan cinta kasih
yang terwujud dalam keinginan sepenuh hati untuk menyejahterakan dan
membahagiakan semua makhluk tanpa kecuali, dan cinta kasih dipancarkan ke
segala penjuru, begitu pula ke atas, ke bawah, ke sekeliling, ke semua arah.
Seperti yang dijelaskan dalam Vatthûpama Sutta, Majjhima Nikaya(Horner,
2000: 48) yaitu:
He dwells, having suffused the first
quarter with a mind of friendliness, likewise the second, likewise the third,
likewise the fourth; just so above, below, across; he dwells having suffused
the whole world every way, with a mind of friendliness that is far-reaching,
wide-spread, immeasurable, without enmity, without malevolence.
Metta adalah niat baik, cinta kasih, cinta
universal; suatu perasaan persahabatan dan perhatian tulus terhadap semua
makhluk hidup, manusia atau bukan manusia dalam segala situasi. Tanda
utama metta adalah niat baik: keinginan kuat
untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain. Metta menundukkan
kebencian dalam segala bayangannya: kemarahan, niat buruk, keengganan, dan
dendam. Tidak adanya kemarahan, niat buruk, dan dendam maka kerukunan dan
keharmonisan dalam masyarakat akan tercipta.
Berdasarkan Saratayadhamma Sutta, Anguttara Nikaya (Hare,2001:2003)
Buddha mengatakan kepada para bhikkhu bahwa apabila seseorang
memiliki perbuatan, ucapan, dan pikiran yang disertai cinta kasih terhadap
sesama, baik di depan atau pun di belakangnya. Hal tersebut yang membuat saling
dikenang, dicintai, saling dihormati, dan menunjang untuk saling ditolong,
untuk ketiada-cekcokan, kerukunan, dan kesatuan. Apabila seseorang
memiliki cinta kasih tidak akan mungkin menyakiti orang lain, karena prinsip
dari pengembangan cinta kasih adalah mengharapkan makhluk lain bahagia.
Seseorang akan menolong, membantu, dan membuat orang lain bahagia. Menolong
orang lain merupakan praktik cinta kasih, karena cinta kasih adalah sesuatu
kekuatan aktif.
Setiap tindakan mencintai yang
dilakukan dengan pikiran tak bernoda untuk menolong, membantu, menyenangkan,
membuat jalan orang lain mudah, lebih halus, dan lebih sesuai penaklukan
kesedihan, adalah kebahagiaan tertinggi (Dhammananda,2004:242). Membahagiakan
orang lain, maka seseorang akan merasa bahagia, karena orang yang melakukan
perbuatan baik akan mendapatkan akibat yang baik, sedangkan orang yang
melakukan kejahatan akan menuai hasil dari perbuatan jahat. Berdasarkan
Kitab Dhammapada, Khuddaka Nikaya (Norman, 2004:19) dijelaskan
bahwa: ”Not in the sky, not in the middle of the sea, not entering an
opening in the mountains is there that place on earth where standing one might
be freed from evil action.” Seseorang akan mendapatkan akibat dari
segala sesuatu yang telah dilakukan baik atau pun buruk. Pembuat kebajikan akan
mendapatkan kebaikan, pembuat kejahatan akan mendapatkan kejahatan. Seseorang
tidak dapat mengingkari sebuah akibat dari perbuatannya.
D. Cinta Kasih sebagai Landasan
Kemajuan Batin
Cinta kasih adalah sifat luhur yang pertama
dari empat macam sifat luhur (brahma vihara). Sifat luhur yang
lain yaitu kasih sayang, rasa simpati, dan keseimbangan batin. Keempat sifat
luhur itu sering disebut pula sebagai keadaan tak terbatas (apamañña). Pelaksanaan brahma
vihara dapat membuat seseorang menjadi mulia atau suci dalam kehidupan
sekarang. Pengembangan cinta kasih dapat membawa kehidupan suci bagi seseorang.
Cinta kasih merupakan sifat luhur dalam Agama Buddha yang dapat menghaluskan
hati seseorang, atau rasa persahabatan sejati (Wowor, 2005: 76). Cinta kasih
dapat menghaluskan hati seseorang berarti dalam kehidupannya seseorang tidak
mungkin melakukan perbuatan Seseorang akan terbebas dari rasa benci dan
permusuhan.yang dapat menyakiti makhluk lain.
Cinta kasih sangat diperlukan
sebagai dasar mengembangkan kesucian seseorang untuk menciptakan masyarakat
yang damai, maju, dan sehat (Walshe, 1996: 246). Prinsip dari cinta kasih
adalah mengharapkan makhluk lain bahagia, bebas dari penderitaan, kebencian,
maka tercapai pikiran yang bebas dari kebencian. Pikiran yang terbebas dari
kebencian berarti akan dengan mudah dapat mengembangkan pikirannya, karena
kebencian adalah salah satu akar kejahatan yang dapat membawa seseorang menuju
penderitaan. Seseorang yang mengembangkan cinta kasih berarti melenyapkan akar
kejahatan, maka kebahagiaan akan terwujud.Cinta kasih merupakan salah satu
objek meditasi. Seseorang dapat mengembangkan cinta kasih melalui meditasi
cinta kasih. Seseorang melaksanakan meditasi cinta kasih harus mengembangkan
cinta kasih kepada dirinya sendiri.
Setelah seseorang mengembangkan
cinta kasih kepada diri sendiri maka selanjutnya cinta kasih dikembangkan
kepada orang-orang yang dihormati dan dihargai, orang-orang yang sangat
dicintai, orang yang netral, dan kepada musuh (nanamoli, 1991: 290).Pada
akhirnya cinta kasih dikembangkan kepada semua makhluk tanpa batas. Setelah
batin seseorang terpusat kepada objek pengembangan cinta kasih maka batin akan
menjadi tenang. Batin atau pikiran seseorang akan bebas dari kebencian.
Terbebas dari kebencian berarti seseorang telah mengalami kemajuan batin.Aatathakanagara
Sutta, Majjhima Nikaya (Horner, 2002: 16) menyebutkan bahwa:
… a monk dwell having suffused the
first quarter with a mind of friendliness; likewise the second, likewise third,
likewise the fourth; just s o above, below, across; he dwells having suffused
the whole world everywhere, in every way, with a mind of friendliness that is
for-reaching. He reflects on this and comprehends: ‘This freedom of mind that
is friendliness, is also effected an thought out. But whatever is effected and
thought out, that is impermanent, it is liable to stopping. Firm in this … the
attains the matchless security from the bonds, not (yet) attained.
Kebebasan
pikiran cinta kasih diakibatkan karena pertimbangan yang sangat kuat. Tetapi,
kebebasan pikiran cinta kasih yang telah dicapai adalah tidak kekal. Kebebasan
pikiran cinta kasih dapat mencapai pembebasan atau paling tidak mencapai
tingkat kesucian Anagami. Anagami adalah tingkat kesucian di
mana seseorang telah mematahkan lima belenggu batin, yaitu sakkayadithi (pandangan
sesat tentang adanya pribadi, jiwa yang kekal), vicikiccha(keragu-raguan terhadap Buddha dan ajaran-Nya),
silabataparamasa (kepercayaan pada upacara atau ritual dapat
membebaskan manusia dari penderitaan),kamaraga (nafsu indera),
dan patigha (keinginan tidak baik) (Davids, 1992: 31).
Seseorang mencapai tingkat kesucian Anagami tidak akan
terlahir kembali di alam manusia.Pengembangan cinta kasih akan membebaskan
pikiran dari kebencian dan rasa permusuhan.
Kebencian adalah salah satu akar
kejahatan yang dapat membawa seseorang ke penderitaan. Apabila seseorang
mengembangkan cinta kasih telah menjauhkan diri dari penderitaan, dan
kebahagiaan akan tercapai. Kebahagiaan yang dicapai tidak hanya kebahagiaan pada
kehidupansaat ini tetapi kebahagiaan di kehidupan yang akan datang. Seperti
yang disebutkan dalam manfaat mengembangkan cinta kasih (Woodward, 2003: 219),
meskipun seseorang belum mencapai Arahat tetapi dapat mencapai
atau terlahir di alam Brahma. Terlahir di alam Brahma adalah suatu bukti bahwa kebahagiaan dari pengembangan
cinta kasih tidak hanya terwujud pada kehidupan saat ini tetapi di kehidupan
yang akan datang.
Manfaat melaksanakan METTA
1.
Dapat tidur dengan nyenyak
2.
Saat terbangun wajahnya akan berseri-seri
3.
Merasa bahagia
4.
Di cintai semua makluk
5.
Di lindungi para dewa
6.
Api,racun,senjata tidak akan mampu melukainya
7.
Mudah berkonsentrasi
8.
Hatinya akan tenang
PENERAPAN METTA (Cinta Kasih) BAGI ANAK-ANAK,REMAJA DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT
A.
ANAK-ANAK
Masa
anak-anak di mulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan,yakni kira-kira usia 2
tahun sampai saat anak matang secara seksual,yakni kira-kira usia 13 tahun
untuk wanita dan 14 tahun untuk pria.Selama periode ini terjadi perubahan yang
signifikan,baik secara fisik maupun psikologis.Selama tahun-tahun
prasekolah,hungan dendan orang tua atau atau pengasuhnya merupakan dasar bagi
perkembangan emosional dan sosial anak.Sejumlah
penelitian telah merekomendasikan betapa hubungan sosial dengan teman
sebaya memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan pribadi anak.Dengan
menerapkan metta kepada anak-anak
sikapnya akan berubah,yang awalnya kurang baik akan menjadi lebih baik.dan itu
nantinya akan mengubah seluruh kepribadian pada anak tersebut.Dengan memiliki
cinta kasih maka ia di sayangi oleh
teman-temannya bahkan semua makluk.Saat menerima pelajaran di sekolah
pikirannya akan sangat mudah berkonsentrasi,sehingga cepat menngerti dan memahami segala materi yang
telah di sampaikan.
B.
REMAJA
Perubahan-perubahan fisik,kognitif
dan sosial yang terjadi dalam perkembangan remaja mempunyai pengaruh yang besar
terhadap relasi orang tua-remaja.Salah satu ciri yang menonjol dari remaja yang mempengaruhi relasinya dengan
orang tua adlah perjuangan untuk memperoleh otonomi,baik secara kognitif maupun
psikologis.Karena remaja lebih sedikit meluangkan waktunya bersama orang tua
dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk saing berinteraksi dengan dunia
yang lebih luas,maka mereka berhadapan dengan bermacam-macam nilai dan
ide-ide.Perkembangan kehidupan sosial remaja juga di tandai dengan gejala
meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka.Sebagian besar
waktunya di habiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman-teman sebaya
mereka
.Perlunya di terapkan metta
adalah untuk mengantisipasi
terjadinya rasa membenci dan
egoisme.Karena seorang remaja ketika
mampu menerapkan metta di dalam
kehidupan sehari-hari maka ketika ia
bergaul tidak akan pilih-pilih teman.Tidak akan memandang mereka dari sebelah
mata,meskipun mereka berbeda,baik suku,ras maupun agama.Karena orang tersebut hatinya telah di
penuhi dengan rasa cinta kasih kepada semua makluk tanpa adanya
perbedaan.Sehingga ia akan dapat bergaul dengan mudah dan mempunyai banyak
teman.
C.
MASYARAKAT
Masyarakat
adalah kumpulan manusia yang membentuk suatu kelompok yang hidup bersama-sama
dan saling membantu satu sama lain dalam hubungannya atau saling
berinteraksi.Masyarakat merupakan jalinan
hubungan sosial dan selalu berubah.Ketika metta di terapkan dalam lingkungan masyarakat maka akan
meningkatkan keserasian atar kelompok dan meningkatkan keserasian antar
suku,bangsa,agama dan ideologi dalam mastarakat apapun.Sehinga dalam masyarakat
tersebut dapat tercipta suatu keharmonisan,kerukunan dan kedamaian.
E. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai
“Posisi Ajaran Cinta Kasih dalam Agama Buddha”, dapat disimpulkan, bahwa:Cinta
kasih merupakan keinginan akan kebahagiaan semua makhluk tanpa kecuali, yang
sering dikatakan sebagai niat suci untuk mengharapkan kesejahteraan dan
kebahagiaan makhluk lain. Cinta kasih merupakan sebuah kekuatan yang tidak
hanya membawa kebahagiaan kepada para pelakunya, tetapi juga untuk para makhluk
di sekitarnya. Hal tersebut dapat terjadi karena pengembangan cinta kasih
ditujukan kepada semua makhluk tanpa kecuali. Sedangkan objek pengembangan
cinta kasih yaitu: pertama kali cinta kasih dipancarkan kepada diri sendiri,
setelah itu cinta kasih dipancarkan kepada orang-orang yang dihargai dan
dicintai, orang netral, dan musuh. Pengembangan cinta kasih pertama kali harus
ditujukan kepada diri sendiri, karena untuk dapat mengembangkan cinta kasih
kepada orang lain atau makhluk lain harus memiliki cinta kasih kepada diri
sendiri terlebih dahulu.
Ajaran cinta kasih memiliki posisi
yang amat penting dalam agama Buddha. Cinta kasih apabila dikembangkan dengan
baik, maka akan menciptakan keharmonisan di alam semesta, yaitu keharmonisan
antara manusia dengan binatang, binatang dengan tumbuhan, tumbuhan dengan
manusia, atau bahkan keharmonisan antara makhluk satu dengan makhluk yang lain,
misalnya makhluk yang tidak tampak (setan,dewa). Hal tersebut dikarenakan cinta
kasih dipancarkan tidak hanya kepada sesama manusia tetapi kepada semua makhluk
yang ada di alam semesta. Semua penghuni alam semesta saling membutuhkan dalam
menjalani kehidupannya, sehingga cinta kasih sangat diperlukan. Selain sebagai
landasan keharmonisan, cinta kasih dapat berfungsi sebagai landasan kemajuan
batin. Cinta kasih merupakan salah satu objek meditasi. Melalui meditasi
seseorang dapat membebaskan kebencian dalam batin, sedangkan kebencian adalah
salah satu akar dari kejahatan. Jika seseorang membebaskan kebencian dari
batinnya, maka batinnya telah mengalami kemajuan. Dengan adanya kebebasan pikiran
cinta kasih dapat membawa seseorang mencapai tingkat kesucian Anagami
dan merupakan latihan tahap awal yang dilaksanakan manusia untuk
mencapai kebahagiaan tertinggi (nibbana).
DAFTAR
PUSTAKA
Bogoda, Robert. Tanpa Tahun. Hidup Sederhana Hidup
Bahagia. Terjemahan oleh Ida Dhammashanti. 2003. Jakarta: Yayasan
Penerbit Karaniya.
Davids, T.W Rhys. (Ed). 1972. Pali-English
Dictionary. London: The Pali Text Society.
Davids, Rhys C.A.F. 1915. Encyclopedia of Religion
and Ethics. Edinburg: T. & T. Clancle.
Davids, Rhys dan William Stede. 1992. The Pali Text
Society Pali-English Dictionary. Oxford: The Pali Text Society.
Dhammananda. Tanpa Tahun. Keyakinan Umat
Buddha. Tejemahan oleh Ida Kurniati. 2004. Jakarta: Yayasan Penergit
Karaniya.
Dhammasugiri. 2004. Konsep Cinta dalam Agama
Buddha. Majalah Dhammacakka, hlm. 19-24.
Hare, E.M. (Ed). 2001. The Book of the Gradual
Saying, vol III (Anguttara Nikaya). Oxford: The Pali Text Society.
Hare, E.M. (Ed). 2001. The Book of the Gradual
Saying, vol IV (Anguttara Nikaya). Oxford: The Pali Text Society.
Hare, E.M. (Ed). 2001. The Book of The Discipline,
vol. IV (Suttavibhaga). Oxford: The Pali Text Society.
Janaka. Tanpa Tahun. Metta Bhavana. Terjemahan
oleh Samuel B. Harsojo. 2003. Tanpa Kota Terbit: Tanpa Penerbit.
Norman, K.R. 2004. The Word of the Doctrine
(Dhammapada). Oxford: The Pali Text Society.
Nanasamvara. 2001. SÄ«la-Kemoralan. Dhammasakaccha,
hlm. 20-36.
Ñanamoli. (Ed.). 1991. The Path of Purification
(Visuddhimagga). Sri Lanka:Buddhist Publication Society.
Sivaraksa, Sulak. 1992. Benih Perdamaian. Terjemahan
oleh Ken Ken dkk.2001.Jakarta: Hikmahbudhi.
Walshe, M. O’C. 1996. Buddhism and Sex. Kandy:
The Wheel Publication No. 225.
Woodward, F.L. (Ed.). 2003. The Book of Gradual
Saying, vol. V (Anguttara Nikaya). Oxford: The Pali Text Society.
Wowor, Cornelis. 2005. Pandangan Sosial Agama
Buddha. Semarang: Vihara Tanah Putih.
Desmita.2006.Psikologi Perkembangan.Bandung:P.T.Remaja
Rosdakarya.